HR ghosting sering dianggap sepele, namun dapat menciptakan pengalaman negatif yang merusak kepercayaan kandidat terhadap perusahaan. Dengan menetapkan ekspektasi yang jelas, memberikan komunikasi penolakan yang sopan, dan memberikan update saat ada keterlambatan, HR dapat menjaga profesionalisme dalam proses rekrutmen.
Survei dari Resume Genius menunjukkan bahwa 80% profesional HR pernah melakukan ghosting kepada kandidat. Bagi pencari kerja, tidak mendapatkan kabar setelah proses seleksi bisa lebih mengecewakan daripada sekadar ditolak. Jika dibiarkan, kebiasaan ini dapat berdampak buruk pada reputasi perusahaan dan citra employer branding.
Menjaga komunikasi yang terbuka tidaklah rumit. Berikut adalah langkah-langkah praktis yang dapat diterapkan oleh tim HR untuk tetap profesional, transparan, dan empatik selama proses rekrutmen.
Risiko HR Ghosting dalam Proses Rekrutmen
HR ghosting dapat terjadi karena berbagai alasan, seperti proses pengambilan keputusan yang masih berlangsung dan tingginya volume pelamar. Namun, jika dibiarkan, ini dapat membawa dampak serius bagi kandidat dan reputasi perusahaan.
Dampak Negatif:
1. Bagi Kandidat:
– Rasa cemas dan kecewa karena ketidakpastian.
– Menurunnya kepercayaan diri.
– Kehilangan peluang lain karena terlalu fokus menunggu kabar.
2. Bagi Reputasi HR:
– Dianggap kurang profesional jika pengalaman negatif tersebar.
– Mengurangi kepercayaan terhadap integritas HR.
– Menghambat networking jangka panjang.
3. Bagi Reputasi Perusahaan:
– Citra perusahaan dapat menurun.
– Menurunnya minat dari kandidat berkualitas.
– Potensi dampak pada loyalitas konsumen.
3 Cara Mudah Menjadi HR yang Tidak Ghosting
1. Tetapkan Ekspektasi Sejak Awal:
– Sampaikan estimasi waktu proses seleksi dan informasi tahapan selanjutnya.
– Berikan pesan konfirmasi otomatis bahwa lamaran sudah diterima.
– Tambahkan buffer time untuk menjaga janji komunikasi.
2. Berikan Kabar Saat Proses Mengalami Keterlambatan:
– Kirim update sebelum tenggat waktu berlalu jika ada keterlambatan.
– Jelaskan keterlambatan secara jujur dan ringkas.
– Prioritaskan komunikasi dengan kandidat yang sudah sampai tahap akhir.
3. Kirim Penolakan Secara Sopan dan Tepat Waktu:
– Gunakan bahasa yang menghargai dan personal.
– Sampaikan alasan atau feedback jika memungkinkan.
– Tutup dengan ajakan positif untuk kesempatan di masa depan.
Manfaatkan Teknologi untuk Menjaga Komunikasi
Dalam situasi di mana volume pelamar tinggi, teknologi dapat membantu menjaga komunikasi yang konsisten. Gunakan platform rekrutmen yang terintegrasi untuk mempermudah proses seleksi dan komunikasi dengan kandidat. Fitur screening berbasis AI, penjadwalan wawancara otomatis, dan background check dapat mempercepat proses tanpa mengorbankan kualitas komunikasi.
Dengan menggunakan software rekrutmen berbasis AI seperti KitaLulus, HR dapat menyederhanakan seluruh proses perekrutan dan menjaga komunikasi tetap lancar. Fitur-fitur seperti update status lamaran dan pengiriman undangan wawancara dapat membantu HR tetap responsif tanpa kewalahan.
Kesimpulan
Ghosting dalam proses rekrutmen dapat dihindari dengan komunikasi yang tepat. Kandidat tidak selalu berharap diterima, tetapi mereka berhak mendapatkan kepastian dan dihargai. Dengan pendekatan yang jelas, sopan, dan konsisten, HR dapat membangun kepercayaan dan menjaga reputasi perusahaan. Cobalah KitaLulus sekarang untuk mempermudah proses rekrutmen Anda!
